Kesultanan Demak (Bagian 2/3): Fakta Sultan Al-Fattah Sayyidin Panotogomo (Raden Patah)

March 12, 2018

Sultan Al-Fattah Sayyidin Panotogomo atau yang sering disebut dengan Raden Patah (Jawa : ꦫꦢꦺꦤ꧀ꦦꦠꦃ) adalah sultan pertama Kesultanan Demak Bintoro. Beliau merupakan putra dari raja terakhir Majapahit, yakni Bhre Kertabhumi (Prabu Brawijaya V) dari selir yang berasal dari negeri Cina (muslim), bernama Siu Ban Ci. Sewaktu lahir, Raden Patah diberi nama Jin Bun (Hanzi : 靳文, Pinyin : Jìn Wén) sehingga mendapatkan julukan Panembahan Jimbun.

Raden Patah adalah pendiri sekaligus Sultan Pertama Kesultanan Demak Bintoro yang berkuasa tahun 1475 – 1518 M. Namun peralihan dari Kerajaan Majapahit ke Kesultanan Demak menuai kontroversi dari berbagai sumber yang terkesan provokatif. Banyak yang mendoktrin bahwa Raden Patah adalah anak durhaka karena menyerang kerajaan ayah kandungnya, Majapahit, karena ayahnya bukan pemeluk agama Islam melalui penyerangan besar-besaran yang didukung Wali Songo sehingga Majapahit runtuh. Namun sejarah ini adalah sumber provokatif warisan kolonial yang bertujuan membenturkan Islam dengan leluhur Nusantara.

Pada Serat Kandaning Ringgit Purwa, dikisahkan bahwa Prabu Brawijaya mengetahui putranya (Raden Patah) berguru ke Sunan Ampel untuk belajar agama Islam yang kemudian menugaskan Raden Patah untuk membuka dukuh di Demak. Pedukuhan itu berkembang besar secara pesat hingga Prabu Brawijaya mengangkat Raden Patah menjadi Adipati di Bintara dengan ketentuan harus menghadap ke Majapahit setiap tahun. Sunan Ampel menyarankan untuk tidak ada penyerangan terhadap Majapahit karena Majapahit akan runtuh dengan sendirinya karena konflik internal, dan Raden Patah yang kemungkinan besar akan menggantikan kedudukan sebagai raja sehingga bisa naik tahta di Demak. Selain itu, adanya potensi lumpur yang besar di daerah Majapahit membuat pusat pemerintahan dan perekonomian Majapahit harus dipindah kan ke Demak atas usul dari Sunan Kalijaga.

Cerita perselisihan antara Majapahit dengan Demak sebenarnya terjadi jauh setelah Raden Patah wafat, yakni di era Sultan Trenggono (Sultan III Demak) yang ditandai dengan serangan laskar-laskar Islam di bawah pimpinan Sunan Ngudung yang gugur dalam pertempuran itu sehingga kedudukannya sebagai senopati digantikan oleh anaknya Syekh Ja’far Shodiq yang kelak bergelar Sunan Kudus.


Foto diambil dari wacananusantara.org


Disadur oleh Tim @GeoEnsiklopedia dari
1. Shodikin, Ahmad. 2017. Kisah Raden Patah dan Silsilahnya. Demak: PUTRA BINTORO.
2. Sunyoto, Agus. 2016. Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka IIMaN dan LESBUMI PBNU.
3. Wikipedia. 2017. Raden Patah. Wikipedia : http://id.wikipedia.org.


#geoensiklopedia
#geonusantara
#GEO0281UBER

Perang Perayaan Musim Panen Sumba

Demi Emas di Papua, CIA Gulingkan Soekarno dan Kennedy

Kenapa Semua Fotografer Harus Mempunyai Lensa 50 mm