Foto peristiwa proklamasi yang sudah sangat terkenal itu ternyata tidak banyak yang tahu cerita dibalik pengambilan foto legendaris tersebut.
Alm. Kristupa Saragih tahun 2014 yang lalu menuliskan dengan cukup detail cerita dibalik foto yang menyitrakan seorang Soekarno memegang secarik kertas dengan sebuah mikrofon berdiri di depannya. Berikut adalah hasil tulis ulang tulisan pendiri fotografer.net itu.
Diceritakan bahwa di pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 seorang wartawan foto Harian Asia Raya bernama Frans Sumarto Mendur mendengar kabar penting di kediaman Soekarno. Bahwa Soekarno akan melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia di kediamannya yang berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Dirinya lantas mengajak saudaranya Alexius Impurung Mendur yang juga kepala bagian fotografi kantor berita Jepang, Domei, untuk menuju kediaman Soekarno dengan membawa kamera. Untuk keamanan mereka masing-masing mengambil rute yang berbeda. Mereka sampai di rumah yang terletak di Cikini, Jakarta Pusat tersebut menjelang matahari terbit sekitar pukul 5 pagi.
Langkah itu diambil karena meskipun Jepang telah mengalami kekalahan pada sekutu seminggu sebelumnya, kabar penting itu belum banyak diketahui di Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah karena stasiun-stasiun Radio disegel oleh Jepang dan bendera Hinomaru masih berkibar dibanyak tempat. Patroli tentara Jepang juga masih siaga bersenjata lengkap seperti biasanya. Sehingga cukup beresiko bila Frans dan Alexius diketahui akan mendokumentasikan peristiwa proklamasi kemerdekaan.
Usai upacara, hadirin bergegas meninggalkan Cikini. Namun tampaknya Tentara Jepang telah mengetahui upacara tersebut dan mulai memburu pihak-pihak yang terlibat termasuk Mendur bersaudara. Alex Mendur tertangkap, tentara Jepang menyita foto-foto proklamasi yang baru diambil dan memusnahkannya.
Nasib berbeda dialami Frans Mendur yang ternyata berhasil meloloskan diri. Meski tentara Jepang juga menyergapnya, Frans telah mengubur negatif foto yang mendokumentasikan proklamasi itu di tanah dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor Harian Asia Raya dan mengaku bahwa negatif fotonya telah diambil oleh Barisan Pelopor.
Perjuangan lain yang harus dilakukan oleh Mendur bersaudara adalah dalam hal mencuci dan mencetak foto penting itu. Meski negatif fotonya selamat, Frans dan Alexius harus rela untuk menyelinap di malam untuk mencetak foto. Singkat cerita foto tersebut berhasil dicetak.
Resiko yang dihadapi keduanya tidaklah sepele, bila mereka tertangkap tentara Jepang, besar kemungkinan akan di penjara atau bahkan mengalami hukuman mati. Namun tanpa foto itu, maka proklamasi Indonesia tidak akan terdokumentasikan. Publikasi berita proklamasi kemudian terbit di Harian Asia Raya pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun berita itu ternyata tampil tanpa foto akibat sensor yang dilakukan pihak Jepang.
Hampir satu tahun usia kemerdekaan Republik Indonesia, foto proklamasi jepretan Alex Mundur masih belum terpublikasi. Hingga pada tanggal 20 Februari 1946 foto proklamasi kemerdekaan Indonesia itu tampil untuk pertama kali di halaman muka harian yang didirikan oleh wartawan-wartawan eks Harian Asia Raya, Harian Merdeka. Pada tanggal 2 Oktober 1946, kakak-beradik Frans dan Alexius Mendur bersama Justus bersaudara, Frank Umbas, Alex Mamusung dan Oscar Ganda kemudian menggagas pendirian Indonesia Press Photo Service atau disingkat IPPHOS yang berkantor di Jalan Hayam Wuruk nomor 30. Sebuah biro foto pertama di Indonesia.
Meski tidak jelas apakah Mendur bersaudara adalah satu-satunya anak bangsa yang mengabadikan momen proklamasi itu. Namun berkat jasa kakak-beradik asal Minahasa, Sulawesi Utara itu kini kita mengetahui prosesi upacara kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama kali dalam bentuk foto.
Foto diambil dari goodnewsfromindonesia.id
Disadur oleh Tim GeoEnsiklopedia dari :
1. http://goodnewsfromindonesia.id
Cintai Mahakarya Nusantara
#geonusantara
#geoensiklopedia
#geohutri72uber