Fotografi Arsitektur

October 12, 2017

Btari Larasati Kirana, GEO101601739, GeoJabar

Member Reguler Geonusantara dengan akun instagram @ayaskirana yang terdaftar sejak bulan Oktober 2016

Abstraksi

Arsitektur merupakan hasil karya manusia yang memiliki keunikan baik detail, pola, maupun desain. Setiap arsitektur memiliki 2 elemen, yakni eksterior dan interior, dimana masing-masing memiliki detil yang dapat ditonjolkan atau biasanya menarik untuk dijadikan obyek foto. Sudut pengambilan foto yang digunakan dapat bermacam-macam, yakni Frog Eye View, Human Eye View, dan Bird Eye View. Fotografi arsitektur erat kaitannya dengan street photography karena keduanya berhubungan dengan ruang. Selain itu arsitektur juga bukan hanya sekedar bangunan saja, tetapi landscape yang ada di sekitar bangunan juga ruang publik merupakan bagian dari elemen pendukung hal itu sendiri.

Pendahuluan

Dalam mengambil gambar, Btari menggunakan smartphone, lensa wide atau fix, tergantung sesuai kebutuhan dan situasi. Arsitektur itu terdiri atas 2 elemen, yakni :

  1. Eksterior yang merupakan bentuk luar dari bangunan itu sendiri
  2. Interior yang merupakan elemen pelengkapnya.

Dari kedua hal tersebut, masing-masing memiliki detil yang dapat ditonjolkan atau biasanya menarik untuk dijadikan obyek foto, misal : furnitur, tangga darurat, jendela, pintu, atap, dan lain sebagainya.

Materi

Ada 3 perspektif yang dapat dipakai dalam angle pengambilan gambar, diantaranya :

Bird Eye View

Bird Eye View, dimana posisi kita harus berada di atas obyek dan bisa melihat keseluruhan obyek tersebut dari atas (opsi : menggunakan drone)

Human Eye View

Human Eye View yang merupakan pengambilan foto seperti biasa, dimana adanya skala proporsi antara tinggi manusia dengan obyeknya.

Frog Eye View

Frog Eye View, posisi mengambil fotonya dari bawah dan hasilnya nanti akan membuat bangunan menjulang tinggi.

Pada eksterior bangunan, hal yang harus dipahami adalah komposisi warna, material yang dipakai pada fasad (muka) bangunan, masif dan transparan, sudut (angle) saat kita mengamati bangunan, bayangan, pencahayaan jika pada saat malam hari, dan simetri atau asimetri obyek foto. Berikut ini beberapa contoh foto arsitektur eksterior :

Sementara hal yang dapat dijadikan obyek detil bangunan pada fotografi arsitektur eksterior seperti di bawah ini :

Hal yang paling penting dalam fotografi arsitektur dalam ruang yakni interior adalah pencahayaan ruangan dan proses edit pencahayaan karena tone sangat berpengaruh dalam penyampaian makna foto. Warm (cahaya kuning) memberikan kesan hangat dan cozy, cool (cahaya putih) memberikan kesan bersih, luas, dan dingin. Selain itu komposisi furnitur, material dalam ruang dan aktivitas di dalamnya.

Obyek foto dapat memperlihatkan semua area dalam atau hanya memfokuskan kepada aktivitas yang terjadi di dalamnya, seperti foto di bawah ini :

Cityscape juga dapat menjadi salah satu obyek arsitektur yang mendeskripsikan area tata kota secara makro.

Cityscape

Tidak ada teknik atau pengaturan kamera tertentu dalam pengambilan foto arsitektur karena itu pandangan orang yang memotret juga feeling komposisi obyek foto. Dalam setiap foto yang saya tekankan di sini selain estetika adalah melihat sesuatu hal dari berbagai arah dan sisi. Layaknya kutipan dari Zahra Hadid

“There are 3600, so why stick to one?”

Fotografi arsitektur erat kaitannya dengan street photography karena keduanya berhubungan dengan ruang. Selain itu arsitektur juga bukan hanya sekedar bangunan saja, tetapi landscape yang ada di sekitar bangunan juga ruang publik merupakan bagian dari elemen pendukung hal itu sendiri. Jadi kita di sini bisa mengeksplor segila mungkin dan sekreatif mungkin. Seperti pada foto ini :

Program Belajar Bersama Keluarga Geonusantara

Edisi Jurnal :

1 Oktober 2017

Email :                     

geonusantara.org@gmail.com

Website :

geonusantara.org

Dipandu oleh :

Divisi Moderasi dan Representasi Member Geonusantara

Moderator :

Windu Fidyanto, Niken Nanda Wulandari, Kusri Naeni, Asria Suarna, Agus Salim

Dokumentasi :

Pengurus Pusat Geonusantara

Perang Perayaan Musim Panen Sumba

Demi Emas di Papua, CIA Gulingkan Soekarno dan Kennedy

Kenapa Semua Fotografer Harus Mempunyai Lensa 50 mm