Ukiran Jepara sudah ada jejaknya pada masa Pemerintahan Kerajaan Ratu Kalinyamat (1521-1546). Di kerajaan, ada seseorang bernama Tjie Bin Thang menjadi menteri dengan gelar Sungging Badarduwung, yang datang dari Campa (Cambodia) dan dia adalah seorang pengukir yang baik. Ratu membangun Masjid Mantingan dan Makam Jirat (makam untuk suaminya), dan meminta Sungging Badarduwung untuk memperindah bangunan itu dengan ukiran.
Sungging Badarduwung juga mengajarkan seni pahatnya ke masyarakat. Daerah Belakang Gunung terdapat kelompok ukir yang bertugas melayani kebutuhan ukir keluarga kerajaan. Kelompok ukir itu kemudian mengembangkan bakatnya dan tetangga sekitar ikut belajar dari mereka. Jumlah pengukir bertambah banyak. Pada masa Ratu Kalinyamat kelompok mereka berkembang.
Peranan Raden Ajeng Kartini dalam pengembangkan seni ukir juga sangat besar. Raden Ajeng Kartini, meminta pengrajin untuk membuat berbagai macam jenis ukiran, seperti peti jahitan, meja keci, figura, tempat rokok, tempat perhiasan, dan barang souvenir lainnya. Barang-barang ini kemudian dijual Raden Ajeng Kartini ke Semarang dan Batavia (sekarang Jakarta), dan juga memberikan suvenir ukiran kepada sahabatnya di luar negeri sehingga akhirnya diketahui bahwa masyarakat Jepara pandai mengukir.
Foto diambil dari periodiccomposition.wordpress.com
Disadur oleh Tim GeoEnsiklopedia dari:
1. Nangoy, O.M. dan Sofiana Yunida. April 2013. Sejarah Ukir Jepara. Humaniora Vol. 4 No. 1.
2. Ukiran Jepara. Wikipedia: https://id.m.wikipedia.org/
Cintai Mahakarya Nusantara
#geonusantara
#geoensiklopedia
#GEO0240UBER