Gaya Busana Pengantin Solo Puteri memiliki banyak filosofi yang terkandung didalamnya. Busana pengantin ini memiliki makna wujud kesopansantunan dan keramahtamahan masyarakat Jawa, dan dalam kesemua detail tata rias dan busana pengantin Solo Puteri ini tertuang pelajaran-pelajaran yang harus diketahui pengantin agar membina rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.
Busana Pengantin Wanita – mengenakan kebaya beludru melambangkan kecantikan. Pada bagian bawah kebaya terdapat motif merak yang melambangkan keindahan. Warna hitam bermakna keanggunan dan kekuatan. Bros yang bermakna simbolis sebagai pelindung dari bahaya yang tak terlihat. Serta selop dengan bordir warna yang sama dengan kebaya, bermakna agar pengantin dapat melangkah jalan yang benar.
Busana Pengantin Pria – mengenakan beskap Langenharjan yang di dalamnya baju teni berwarna putih yang melambangkan ketulusan hati pengantin pria dalam menjalankan niatnya untuk menikahi pengantin wanita. Stagen yang dilengkapi dengan timang melambangkan permohonan agar kedua mempelai dapat bersatu selamanya. Keris bebentuk Ladrang dan diberi Bunga Kalong Keris untuk menunjukkan kegagahan dan kekuatan serta sopan santun. Serta kalung ulur yang dikalungkan memanjang sampai pinggang berhiaskan motif batu permata, memilki simbol kegagahan dan kewibawaan pria sebagai sosok suami.
Kain Batik yang dipadukan berupa jarik dengan motif batik Surakarta yang berawalan “sido” yang memiliki arti “jadi” atau “terus-menerus”. Corak batik yang biasa digunakan adalah sidomukti, sidoasih, sidoluhur, dan sidomulyo. Dibagian tengah kain terdapat wiran bekisar 9, 11 atau 13 jumlahnya, yang memiliki makna saling mencintai dengan pasangannya.
Penataan Rambut – terdapat 7 buah cunduk mentul, cunduk jungkat, sisir/keket dari ronce melati Lar-Laran, centung, dan sunggar. Ronce melati memiliki makna agar cahaya yang diberikan Tuhan harus diresapi ke dalam dada. Sanggul bentuk bangun tulak bermakna penolak bala, yang dipasangkan ronce melati agar mendapat pertolongan dari Tuhan. Sanggul dinamakan sanggul bokor mengkurap, memiliki makna agar dapat mandiri setelah berumah tangga. Pembatas antara sanggul dan sasakan digunakan sisir / keket dari roncean melati yang memiliki makna kesetiaan kepada suami. Dibagian tengah dipasangkan bros bermotif kupu-kupu / garuda agar dapat waspada dari permasalahan yang datang tak terduga.
Rias Wajah pada dahi pengantin Putri yang disebut paes memiliki lambang kecantikan dan simbol membuang perbuatan buruk. Selain itu, merupakan awal pengantin menuju kedewasaan. Terdapat 4 bentuk paes yang masing-masing memiliki makna agar menjadi manusia yang berilmu, mampu membedakan yang baik dan buruk, dapat memilih yang tepat, dan memiliki keturunan yang dapat melanjutkan ilmu dan kehidupan.
Foto diambil dari akun instagram @sys_milla
Disadur oleh Tim GeoEnsiklopedia dari :
Wahyuni, Astri. 2015. Busana Pengantin Surakarta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Cintai Mahakarya Nusantara
#geonusantara
#geoensiklopedia
#GEOMAKASSAR410UBER