Muhammad Hidayat
GEO121500456, GeoAceh
Member Reguler Geonusantara dengan akun instagram @agandayat yang terdaftar di Geonusantara pada bulan Desember 2015.
Abstraksi
Fotografi dapat merefleksikan kehidupan personal seseorang, baik itu pengalaman, masalalu, maupun hal-hal yang memiliki ikatan emosional yang kuat baik kebahagiaan, kesedihan, dll. Personal Project Photography merupakan bentuk pendokumentasian dari sebuah refleksi tersebut melalui proses melihat, eksekusi, dan tentunya perlu menikmati setiap proses pengerjaannya.
Pendahuluan
“Fotografi adalah media atau alat untuk refleksi bagi kehidupan saya sendiri, fotografi juga merupakan media untuk berekspresi atas apa yang saya rasakan. Kata sederhananya adalah fotografi adalah cermin untuk melihat siapa diri saya,” – Muhammad Hidayat.
Mengenal fotografi telah membawa seseorang ke sebuah dimensi, dimana seseorang bisa mengingat masa kecil dan hal-hal yang terjadi di masa lampau. Fotografi menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan akan kehidupan, fotografi telah berhasil menjadi lampu dalam menuntun untuk menyusuri kedalaman jiwa seseorang, serta membawa bagaimana cara seseorang melihat, merasakan, dan memahami dunia yang sangat luas.
Lebih lanjut, fotografi mengajarkan seseorang untuk menemukan intimasi dan hubungan emosional yang kuat terhadap subyek maupun obyek yang dilihat. Hal ini memberi pemahaman bahwa fotografi bukan sekedar menekan tombol shutter, tetapi ada yang lebih daripada itu yakni bagaimana menemukan diri seseorang terhadap semua hal yang akan difoto.
Dengan pemahaman inilah membuat Muhammad Hidayat melihat ada hubungan yang personal antara seseorang dengan fotografi tersebut, sehingga baginya mengerjakan personal project photography adalah cara seseorang atau jalan untuk menemukan keajaiban.
Materi
Apakah itu Personal Project Photography? Jika ditransliterasi ke Bahasa Indonesia kurang lebih “proyek fotografi pribadi” atau dalam kata-kata sehari-hari “proyek pribadi saya dalam fotografi.” Pada salah satu artikel di Kompasiana, dimuat artikel yang membahas tentang personal project photography bahwa dalam fotografi pribadi kita bisa memasang idealisme kita setinggi langit. Tidak ada foto yang akan dipancung editor, tidak ada isi kebun binatang yang keluar dari klien, tidak ada pusing karena ide yang ada sangat tidak masuk di akal. Tidak mendadak mual ketika harapan dan kenyataan 180 derajat, dan terakhir tidak akan susah menagih pembayaran saat jatuh tempo.
Ada hal yang menarik dari penggalan kalimat tersebut, yakni “memasang idealisme setinggi langit.” Lebih lanjut, berbicara masalah personal project photography penekanan dan penyampaiannya kebanyakan lebih bersifat sangat pribadi karena sifatnya personal, visual yang disampaikan atau ditampilkan juga lebih subyektif dan bersifat personal dari sisi fotografer.
Dalam menceritakan personal project photography, kita bisa menceritakan apa saja baik itu pengalaman secara pribadi, kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya. Dalam personal project photography juga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan dengan cara konseptual. Tergantung dari si fotografer ingin menceritakan apa dan apa yang akan disampaikan.
Berikut adalah personal project photography karya Muhammad Hidayat :
1. Blurring and Motions
Adalah kumpulan foto yang diambil di beberapa tempat di Sumatera dengan pendekatan street photography, hanya berusaha memberanikan diri untuk menampilkan visual dengan blurring and motions style dan sedikit bermain dengan imajinasi. Ada beberapa fotografer yang menurut Hidayat sangat kuat bagaimana mereka menggunakan fotografi sebagai media untuk menaruh perasaan dan pengalaman hidup mereka serta bagaimana mereka memberikan sentuhan pesan yang emosional dalam karya-karya personal mereka.
- Antoine d’Agata, seorang fotografer asal Prancis yang juga salah satu fotografer Magnum dan juga dikenal dengan fotografer kontroversial karena karya-karya yang beliau lakukan. Agata pernah berkata, “Teknik dan keindahan tidak menjadi masalah baginya, tetapi esensi dari apa yang terjadi merupakan hal yang paling penting baginya, I realized that blurring may give me a birth to a new streamin’ photography.”
- Michael Akerman, seorang fotografer kelahiran Israel yang karya-karyanya sangat kental dengan pendekatan radikal dan unik, bahkan dikatakan sebagai fotografer Eropa yang paling misterius. Seperti pada bukunya Half Life and Fiction serta End Time City dan telah memenangkan beberapa award dalam interview pernah menyampaikan “I like when people see in my works something I don’t.”
- Anders Petersen, “My photography is not ‘brain photography’. I put my brain under the pillow when I shoot. I shoot with my heart and with my stomach. And then this is very important for me, that my photographs are intuitive. It goes here and not from here (points to stomach then head). When I am planning a project, then I’m thinking and when I am developing the film and looking at the contact sheets, then imp thinking and editing and choosing – very very carefully, and that’s when the responsibility is coming in. Create photographs with more questions then answer.”
- Shohab Hura, seorang fotografer asal India, salah satu young talent yang bergabung bersama magnum dalam interview yang dilakukan oleh IPA, berkata, “Tidak masalah beliau disebut sebagai fotografer rumahan, karena beberapa proyek yang dia kerjakan menceritakan tentang ibunya dan bagaimana ibunya berjuang dengan penyakit yang dideritanya, dalam bukunya Life is Elsewhere.
Dan ada beberapa fotografer yang menurut Hidayat sangat menarik untuk dijadikan referensi dalam memahami apa itu personal photography seperti :
- Jacob Aue Sobol
- Roger Ballen
- Nan Goldin
- Daido Moriyama
- Boris Mighailon
- Diane Arbus
- Klavdij Sluban
2. Muse
Proyek ini menceritakan bagaimana rasa ketakutan Hidayat dengan keadaan yang terjadi, baik itu bencana di mana-mana, dan segala bentuk kejahatan yang semakin meningkat, sehingga membuatnya berfikir bahwa itu semua bisa menimpa siapa saja, tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi padanya. Dengan berlandaskan pemikiran, perasaan takut, dan kekhawatiran yang begitu besar pada saat itu, maka ia mulai membuat proyek ini. Proyek ini bisa dikatakan hampir semua frame ditangkap menggunakan kamera ponsel.
3. Karya Lain
Proyek yang merupakan personal documentary yang ambil oleh Hidayat di beberapa tempat prostisusi.
Mengapa Personal Project?
Mengerjakan personal project membantu seseorang untuk terus mendapatkan kebahagiaan tersendiri, pelampiasan dari emosi yang dirasakan dan penemuan keajaiban dalam fotografi, serta lebih belajar bagaimana memberanikan diri untuk menampilkan fotografi bagi orang lain. Terlepas apakah disukai atau tidak disukai, itu berbicara dari sisi penikmat foto. Tetapi bagi fotografer sendiri, dengan personal project membantu seseorang menemukan keajaiban dan menjadikannya pribadi yang utuh dengan berusaha jujur dan menampilkan apa adanya. Tentunya hal ini perlu proses yang berkesinambungan.
Eric Kim dalam blog pribadinya pernah menuliskan tentang personal project photography dan beliau berkata,
“Ada milyaran foto di luar sana dan jutaan fotografer. Kebenaran yang menyedihkan adalah tidak ada yang peduli dengan fotografi Anda. Tapi Anda peduli dengan fotografi Anda. Fotografi Anda membuat Anda antusias dan tertarik pada kehidupan. Fotografi Anda membantu membuat Anda merasa kreatif dan terinspirasi. Jadi saran saya: ‘fokus untuk membuat fotografi Anda pribadi (memotret untuk diri sendiri) daripada peduli apa pendapat dunia luar tentang foto Anda’. Ini berarti Anda tidak perlu mendefinisikan gaya Anda, menentukan foto Anda, atau menentukan proyek Anda. Dengan melakukan proyek pribadi, Anda mengerjakan proyek Anda dengan cara Anda sendiri dan dengan standar Anda sendiri. Satu-satunya ukuran “kesuksesan” untuk proyek pribadi Anda adalah bagaimana perasaan Anda tentang hal itu pada akhirnya “.
Bagaimana Langkah Awal untuk Memulai Personal Project Atau Proyek Pribadi?
1. Melihat
Ide itu datangnya dari melihat (baik di jalanan yang kita lalui, televisi, film, bioskop, rumah, dan sebagainya). Dengan bergabung dengan komunitas dapat membantu kita belajar melihat apa yang dikerjakan kawan-kawan, browsing di internet banyak melihat foto-foto yang menarik hati, membaca e-book itu juga melihat, workshop/kelas itu ada proses melihat, mencoba juga adalah memasukkan unsur melihat kita. Semuanya hal ini bisa termasuk dalam kategori melihat. Di sinilah yang disebut dengan The Art Of Seing.
2. Aksi
Setelah melihat, tentu harus ada aksinya. Saatnya kita mencoba membuat sebuah foto. Mason Cooley, seorang ahli sandi Amerika dan terkenal menyampaikan dengan kata-kata manisnya, “Art begins in imitation and ends in innovation”. Seni itu dimulai dari meniru, mencoba membuat yang sama, hingga pada akhirnya menemukan sesuatu yang baru.
Berikut ini ada beberapa poin sederhana yang bisa kita gunakan untuk mengerjakan personal project :
a. Tentukan konsep/ tema/ judul/ Ide awal/ proses kreatif dan tujuan dari proyek tersebut
Mulailah dari hal-hal yang sederhana yang ada di sekitar kita, mungkin bisa memulai dengan hal-hal yang paling sering kita lakukan, kemudian cobalah memikirkan apa yang membawa kita pada kegembiraan, kebahagiaan, dan antusiasme dalam hidup, baik itu mungkin anak kita yang baru lahir, pasangan kita yang penuh kasih, teman kita, orang yang kita temui di jalanan, bangunan, atau seni jalanan. Jika kita menyukai alam, mungkin bunga, hewan, serangga, pepohonan, landscape, atau burung. Materi pelajaran kita bisa apa saja, tapi satu-satunya hal adalah kita tertarik pada apapun yang kita putuskan untuk dipotret. Jika tidak seiring waktu, antusiasme kita akan memudar.
b. Pengumpulan Materi (Eksekusi Foto)
Membuat foto sesuai dengan tema/ judul atau foto yang sudah pernah dibuat dan disesuaikan dengan tema atau judul yang mau dikerjakan.
c. Sequencing, Kurasi, Pengeditan
Tahap ini adalah yang paling sulit. Hubungan antara foto ke foto. Alangkah baiknya beberapa foto itu di cetak dan diletakkan di meja atau lantai atau dimana saja agar mudah terlihat dan mudah dalam proses pemilihan foto.
d. Layout
Layouting merupakan tahap dimana kita mendesain dan mengatur penyajian visual dalam sebuah proyek.
e. Pemilihan Material
Jika proyek tersebut akan di cetak dalam bentuk buku foto dan lain-lain.
f. Distribusi
- Promosi
- Submission
- Selling (Jika proyek tersebut memungkinkan untuk dijadikan komersil).
3. Menikmati setiap Proses
Yang tak kalah penting adalah kita harus menikmati proses dalam mengerjakan personal project photography, lebih dari sekedar menyelesaikannya.
Oleh karena itu, saran saya adalah menikmati setiap foto dan setiap langkahnya. Jangan memaksakan diri untuk menyelesaikan proyek kita sebelum matang (jangan tergesa-gesa), dan jangan merasa tertekan untuk mengesankan teman atau keluarga kita dengan foto kita nantinya. Buatlah foto untuk diri sendiri, buat foto paling personal yang bisa kita buat , dan memotretlah dari hati kita.
Penutup
Alangkah baiknya kita banyak membaca, melihat referensi, banyak melihat buku foto, dan banyak sharing (berbagi), serta diskusi dengan teman-teman. Jangan lupa perbanyak ‘ngopi’ dan silaturahmi. Memotretlah terus dan jangan pernah berhenti, kemungkinan foto terbaik kita pada saat kita merasa untuk tidak memotret. Ambilah foto apa saja dalam keadaan apa saja.
Program Belajar Bersama Keluarga Geonusantara
Edisi Jurnal :
17 Februari 2017
Email :
geonusantara.org@gmail.com
Website :
www.geonusantara.org
Dipandu oleh :
Divisi Moderasi dan Representasi Member Geonusantara
Moderator :
Agus Salim, Niken Nanda Wulandari, Wanda Switenia, Alfian Maulana Fajar, Riyandi.
Dokumentasi :
Pengurus Pusat Geonusantara