Islam sudah ada di Nusantara sejak abad ke-8, atau bahkan jaman Rasulullah Muhammad SAW. Namun kurang memiliki banyak pengaruh karena strategi yang diterapkan kurang mengena dalam hati masyarakat Nusantara yang pada kala itu masih menganut kepercayaan Hindu-Buddha, atau bahkan sebagian masih menganut aliran animisme-dinamisme.
Islam berkembang sangat pesat pada masa Kesultanan Demak Bintoro dengan ‘backing’ Wali Songo sebagai penasihat kesultanan, dan bahkan Sunan Kudus (Syekh Ja’far Shodiq) menjadi panglima perang (senopati) Kesultanan Demak. Eratnya hubungan antara ulama (Wali Songo), dan Umara (Kesultanan) semakin memperkuat pondasi berdirinya Kesultanan Demak. .
Selain itu, strategi dakwah yang diterapkan sangat berbeda dengan sebelumnya, yakni melalui proses akulturasi dan asimilasi. Prinsip yang digunakan adalah pendekatan emosional masyarakat dengan mengadopsi berbagai macam kebiasaan, kesenian, dan kebudayaan yang sudah ada. Pada masa Kesultanan Demak, Islam berkembang sangat pesat karena keberhasilannya dalam memikat hati warga tanpa menyerang pendiriannya, seperti yang dikutip dari Kanjeng Sunan Muria, “Ibarat memancing tanpa mengeruhkan airnya.”
Foto diambil dari akun instagram @syamsul008
Disadur oleh Tim @GeoEnsiklopedia dari
1. Islam Nusantara. 2012. Islam Nusantara Episode Demak. Kompas TV.
2. Sunyoto, Agus. 2016. Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka IIMaN dan LESBUMI PBNU.